Selasa, 27 Mei 2014

COMMITMENT PHOBIA. apa itu ??

Sebagian pasangan yang menjalani hubungan stabil menyatakan belum membutuhkan komitmen melanjutkan hubungan menjadi lebih serius. Alasannya, bukan karena takut berkomitmen namun lebih untuk menikmati kebebasan dan tetap membuka peluang untuk menggoda orang lain.
Alasan ini pula yang sering menjadi trik para lajang. Mereka menginginkan kebebasan penuh dan tetap ingin berpetualang. Benarkah demikian?

Penderita gangguan fobia komitmen sangat takut mendengar beberapa kalimat tertentu berupa komitmen bersama yang terucapkan dari pasangan cintanya, meningkatnya rasa cemas dan rasa takut ketika menghadapi beberapa situasi yang membuatnya merasa terjebak; misalnya saja memasuki tahap pernikahan, tahap pertunangan, mempunyai bayi dan sebagainya.
Commitment phobia merupakan bentuk suatu ketakutan (fear) untuk menjalin suatu hubungan yang lebih erat, rasa takut tersebut muncul ketika hubungan awal terbentuk (atau sebelumnya), atau bahkan ketika hubungan tersebut sedang berkembang. Commitment phobia lebih sering terbentuk ketika individu sedang menjalin dan berkembang ke arah yang lebih serius dalam sebuah hubungan cinta. Biasanya ia terjebak dalam hubungan tersebut dalam kebimbangan emosional untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
Jika Anda menghadapi seseorang yang mengalami fobia komitmen, atau justru Anda sendiri yang memilikinya, ketahui dulu beberapa hal berikut ini :
  1. Tak hanya hubungan cinta : Faktanya, fobia komitmen tak hanya berkaitan dengan ketakutan untuk menjalin hubungan cinta. Karena ketakutan itu bisa berkaitan dengan hubungan antara keluarga, teman, atau bahkan kolega di kantor.
  2. Punya berbagai macam jenis : Fobia komitmen ternyata memiliki beberapa kategori. Misalnya saja, takut jatuh cinta disebut ‘Philophobia’, takut kegagalan disebut ‘Kakorraphiobphobia’, dan takut menikah dinamakan ‘Gamophobia’.
  3. Hubungan buruk bisa jadi penyebab : Pengalaman buruk di hubungan terdahulu bisa menjadi penyebab fobia komitmen. Satu hubungan buruk menyebabkan adanya mekanisme pertahanan, yang akhirnya menyebabkan seseorang kesulitan untuk mempercayai orang lain. Fobia atau ketakutan itu pun terbentuk, karena dia tidak mampu mengatasi kesedihan yang dialaminya dalam hubungan tersebut.
  4. Meski fobia, mereka menginginkan pasangan : Ironisnya, orang yang memiliki fobia komitmen cenderung menginginkan pasangan dan sebuah hubungan romantis. Mereka sangat menginginkannya, tapi takut untuk menjalaninya karena tidak mau hubungan itu malah hancur berantakan.

Ada beberapa pertanyaan untuk mengetes komitmen pasangan sebelum beranjak ke hubungan jangka panjang seperti dikutip dari Yourtango. 

1. Apakah Anda selalu mencari alasan bersikap kritis terhadap pasangan Anda atau hubungan yang Anda jalani sekarang?

2. Apakah Anda sangat membutuhkan ruang pribadi sehingga tampak egois?
3. Apakah Anda berhubungan dengan orang yang tidak terlalu cocok dengan Anda?
4. Apakah Anda mendasari sebuah hubungan atas ketertarikan fisik semata?
5. Apakah Anda selalu mencari cara mengakhiri hubungan atau melarikan diri saat hubungan memasuki tahap lebih serius?
6. Mengatakan pada pasangan yang sebenarnya ideal bahwa hubungan kalian terlalu rumit atau terlalu sibuk mengejar karier?
7. Menetapkan standar pasangan yang terlalu tinggi?
8. Apakah Anda menunjukkan tanda-tanda takut komitmen dalam aspek lain di kehidupan selain hubungan asmara?
9. Anda merasa takut mengalami perceraian atau masalah seperti orang tua Anda?
10. Apakah Anda mengalami pelecehan di masa kecil Anda?
11. Apakah Anda tak pernah meminta maaf pada pasangan meskipun bersalah?
12. Apakah Anda mengalami patah hati setelah mengalami hubungan romantis di masa lalu?

Jika jawaban beberapa pertanyaan di atas adalah ya, maka itu berarti kemungkinan Anda memang fobia komitmen. Setelah menyadari bahwa Anda memiliki fobia pada hubungan yang lebih serius, ingatlah bahwa ini bukan keengganan yang disengaja.

Tindakan yang Anda lakukan terdorong dari ketakutan alam bawah sadar sehingga memilih pasangan yang tak cocok. Kalaupun bertemu dan menjalin kasih dengan orang yang tepat, Anda lebih sering menyakitinya agar hubungan bubar dan tak berlanjut ke hubungan serius. Akibatnya, Anda lebih sering sendiri dan kesepian.

Untuk mengatasinya, perlu untuk menanyakan pada diri dan mempelajari lebih lanjut tentang alasan yang mendasari fobia dan apa yang Anda inginkan.

Ini berguna saat Anda memasuki hubungan baru dan memelihara hubungan tersebut ke jenjang lebih serius. Beritahu pasangan dan upayakan menyembuhkan fobia Anda, agar memiliki hubungan yang layak dan sehat.
Individu yang memiliki fobia komitmen:
• Sangat takut akan segala macam komitmen bersama pasangannya
• Takut untuk menikah
• Takut menjalin hubungan
• Takut akan perubahan hidup yang terbentuk dari hubungan dengan pasangannya
• Mempunyai hubungan cinta dengan beberapa orang sebelumnya
• Mempunyai perasaan curiga terhadap pasangannya
• Argumentatif (suka membantah)
• Menolak untuk memikirkan masa depan dan mempunyai rencana atau jadwal sendiri tanpa melibatkan pasangannya
• Tertutup, tidak suka menunjukkan muatan-muatan emosinya
• Perilaku hidup tidak teratur dan tidak siap untuk melakukan perubahan karena kebiasaan-kebiasaan sebelumnya
Simtom
Beberapa simtom yang dapat diprediksi tentang rasa takut ini adalah;
1) Kritik meningkat pada pasangannyaPenderita fobia komitment suka memberikan kritikan tajam pada pasangannya, lingkungan sekitar mereka atau pada bentuk hubungan mereka. Individu ini sering menyalahkan pasangan terhadap kesalahan-kesalahan yang menimpa dirinya
Simtom ini dapat dilihat;
Aku masih memikirkan karirku! Jangan mendesakku untuk menikah lebih awal, hal itu membuatku semakin tertekan dan membuatku stress!…
Aku tidak suka enggkau merencanakan membeli rumah kalau kita menikah nantinya, tidakkah kau bisa melihatnya rumah itu tidak bagus untuk kita berdua!
2) Mencari-cari kesalahan hubungan
Individu yang memiliki fobia komitment merasa takut bila hubungan mereka lancar tanpa ada masalah, ia akan mencari permasalahan baru untuk membawa hubungan tersebut dalam pertengkaran. Tujuannya adalah untuk meyakinkan pasangannya bahwa hubungan mereka tidak dalam keadaan baik, belum matang dan belum siap melangkah pada jenjang selanjutnya
Simtom ini dapat dilihat;

Aku masih memikirkan hubungan ini, aku melihat engkau begitu sibuk dengan pekerjaanmu sehingga engkau jarang sekali menghubungiku…
Individu ini kadang juga mencari pelbagai alasan tertentu yang tidak rasional untuk menghindari keterikatan dengan pasangannya, misalnya ia menggunakan alasan zodiak atau shio yang tidak cocok dan sebagainya
3) Menghindari kontak dengan orang lain
Fobia komitmen sangat jarang melakukan kontak dengan orang lain, ini bukanlah mereka mengalami gangguan sosial fobia; mereka tidak ingin terikat dengan orang lain begitu erat. Mereka juga menghindari situasi sosial tertentu, mengindari kontak mata, berkenalan dengan orang baru. Individu seperti ini juga menghindari berkenalan dengan ibu atau saudara dari pasangannya
4) Mencari pasangan yang mempunyai kemungkinan kecil tidak terikat
Individu dengan fobia komitmen akan mencari pasangan yang kemungkinan kecil tidak akan mengikatnya. Ia akan memilih pasangan yang lebih muda dengan asumsi bahwa bila hubungan bisa terus bertahan maka usia pernikahan akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Atau individu ini lebih suka terlibat dengan pasangan yang sudah menikah dengan tujuan pasangan tersebut tidak akan menuntutnya dalam suatu ikatan.

5) Mengulur-ulur waktu
Individu ini menyukai hubungan yang lebih lama, ia mempunyai kesempatan untuk “bermain” lebih lama dengan pasangannya. Ia menghindari keterikatan dengan mengulur waktu lebih lama untuk memasuki babak selanjutnya. Biasanya individu seperti ini akan memberi batas waktu tertentu akan tetapi kemudian mengundurkannya untuk jangka waktu tertentu.

6) Menyukai hubungan yang putus-sambung
Individu seperti ini sangat menyukai hubungan putus-sambung, ia akan berusaha mencari masalah bahwa hubungan yang sedang dibina sedang memiliki masalah besar, memutuskan hubungan sepihak merupakan salah satu langkah yang sering ditempuh untuk menghindari hubungan yang semakin kuat. Ketika individu mulai merasakan kekosongan jiwanya, ia akan kembali berusaha untuk memperbaiki hubungan tersebut

Faktor penyebab

Beberapa penyebab kemunculan fobia komitmen;
a) Terbentuk ketika masa kecil dari keluarga percerain (divorce). Pada masa ini anak melihat dan menilai sendiri bahwa ikatan keluarga antara ayah dan ibunya mengalami hubungan yang sulit berupa pertengkaran-pertengkaran yang membuatnya merasa takut dan bernaggapan bahwa sebuah hubungan antara lawan jenis bukanlah hal menyenangkan.

b) Pengalaman trauma di masa kecil dapat berupa pelbagai kekerasan fisik, kekerasan seksual dan pangalaman trauma lainnya yang dialami sang anak yang dilakukan oleh orang dewasa
c) Kehilangan orang-orang yang dicintai. Ketika anak kehilangan salah satu atau kedua dari orangtuanya yang sangat dicintainya, anak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penyembuhan luka-luka emosionalnya, akibatnya ketika dewasa rasa takut kehilangan orang yang dicintainya akan terulang kembali sehingga ia akan menjaga jarak untuk tidak terlibat lebih dekat agar rasa “luka” tersebut tidak terulang kembali.
d) Penglaman trauma yang dialami sebelumnya. Misalnya saja individu yang patah hati dengan pasangan sebelumnya membentuk dalam pikirannya untuk tidak menjalani hubungan lagi dengan siapa pun.
e) Miskin “role model” ketika masa kanak-kanak. Anak-anak akan menilai dan meniru beberapa perilaku orang yang dikenalnya ketika kepribadian anak mulai terbentuk, kurangnya contoh model yang tepat ketika masa kecil membuat anak keliru secara persepsi dalam menilai sebuah bentuk hubungan.
f) Pengalaman yang tidak menyenangkan dari pasangan orangtua tiri.
penyebab fobia komitmen pada orang tertentu mungkin cukup menantang untuk dicari tahu. ini bisa disebakan dari pengalaman buruk yang melibatkan suatu hubungan di masa lalu. salah satu hubungan yang buruk bagi seseorang akan membuat mekanisme pertahanan dalama diri mereka dan orang tersebut tidak akan dapat mempercayai siapa pun lagi. pengalaman masa lalu mengenai hubungan yang gagal dapat membawa kembali kenangan buruk yang telah terjadi yang akhirnya menyebakan kecemasan dan ketakutan akan hubungan lain gagal dan dengan demikian muncul lah fobia komitmen.
selain cinta, hubungan romantis juga melibatkan kepercayaan, rasa hormat, loyalitas dan kompromi, serta hal lainnya. fobia komitmen mengambil alih kepercayaan, rasa hormat, loyalitas dan kompromi, serta hal lainnya. fobia komitmen mengambil alih kehidupan seseorang karena hubungan yang gagal di masa lalu atau pengalaman buruk dalam kehidupan cintanya karena dia tidak mampu mengatasi dengan harapan atau pikiran-pikiran buruk mengenai kegagalan dalam hubungan yang seperti itu.
ironisnya, fobia komitmen juga selalu menginginkan pasangan hidup yang kompatibel. merekka mengingginkan dan mendambakan apa yang paling mereka takuti, mereka selalu ingin masuk ke suatu hubungan yang serius dan kemudian ketika segala sesuatu telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang ia inginkan, mereka akan menarik diri dan putus asa serta menyerah karena fobia mereka.
fobia komitmen memiliki sifat pengerusakan pada diri sendiri. orang-orang yang memiliki fobia ini tidak isa melakukan apa pun, memiliki kecenderungan untuk melarikan diri dan mencoba untuk menyakinkan diri bahwa masalah yang terjadi terletak pada pihak lain. namun, konsekuensi dari fobia komitmen secara  emosional sangat lah luar biasa dan penderitanya tidak hanya tidak dapat menemukan pasangan yang ideal, tetapi juga mendapati bahwa hubungan itu tidak bisa dijalankan untuk hubungan dalam jangka waktu panjang.
untuk membebaskan diri atau teman anda dari fobia pada komitmen, ada banyak terapi dan obat yang tersedia yang bisa digunakan untuk membantu penyembuhan. dengan terapi perilaku yang tepat, konseling, konseling, hipnoterapi, dan obat-obatan; jika diperlukan, fobia komitmen dapat disembuhkan dan konsekuensi seruis bisa dihindari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar